STOP Gratifikasi - ---Mohon untuk tidak memberi imbalan, hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun atas pelayanan yang kami berikan. Indonesia yang bebas dari korupsi dimulai dari kita--- AYO DUKUNG..... - Balai POM di Pangkalpinang untuk meraih predikat WBK/WBBM

Perkuat Koordinasi Lintas Sektor, Tingkatkan Kajian Analisis Risiko dalam Keamanan Pangan

Jakarta – Risiko kesehatan yang timbul dari pangan mengandung bahan berbahaya menjadi perhatian Badan POM. Untuk meminimalkan dampak risiko tersebut pada tubuh manusia, diperlukan kajian dari berbagai aspek yang dilakukan oleh Badan POM bersama dengan lintas sektor. Salah satunya melalui Rapat Koordinasi Indonesia Risk Assessment Center (INARAC) yang diselenggarakan pada Hari Kamis (18/11/2021), dengan tema “Meningkatkan Keamanan Pangan Indonesia Melalui Kajian Risiko From Farm to Table”.

Rapat Koordinasi ini diselenggarakan dengan tujuan menggalang komitmen dalam pelaksanaan kajian risiko keamanan pangan dari hulu hingga hilir (From Farm to Table) sebagai landasan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang lebih efektif dan bersifat strategis, terutama dalam mendukung penyusunan standar di tingkat nasional dan CODEX Alimentarius. Selain itu, juga sebagai forum untuk mendiseminasikan hasil kajian risiko keamanan pangan beserta rekomendasinya dan update perkembangan kegiatan kajian risiko di tingkat nasional dan internasional.

Analisis risiko pada pangan telah menjadi perhatian di level regional maupun nasional. Dalam sambutannya, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan Badan POM, Rita Endang menjelaskan bahwa di level ASEAN, telah dibentuk ASEAN Risk Assesment Center for Food Safety (ARAC) pada tahun 2014. Di level nasional, Badan POM juga telah menginisiasi pembentukan INARAC pada tahun 2014 untuk mendorong kajian risiko terpadu di Indonesia. Selain pembentukan organisasi, adanya payung hukum berupa Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan mendukung penerapan analisis risiko dalam penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria keamanan pangan.

INARAC dibentuk sebagai wadah untuk memfasilitasi pool of expert (kelompok pakar) di bidang kajian risiko keamanan pangan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), dan komunikasi dengan berbagai instansi pelaksana kajian risiko keamanan pangan. INARAC sendiri memiliki visi mewujudkan analisis risiko yang komprehensif. “INARAC memiliki visi menjadi lembaga yang kompeten untuk menyediakan data dan informasi ilmiah bagi manajemen risiko dalam penentuan kebijakan keamanan pangan nasional dan diskusi secara regional dan internasional,” jelas Plt. Kepala Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan, Muhammad Kashuri pada kesempatan hari ini.

Rita Endang juga menambahkan bahwa dalam membuat analisis risiko, keterlibatan lintas sektor menjadi hal yang sangat penting. “Salah satu contoh kajian risiko yang telah dilakukan INARAC adalah cemaran kimia 3-MCPDE (3-Monochloropropane-1,2-Diol Esters) dan GE (Glycidyl Ester) pada produk kelapa sawit dan produk pangan khusus untuk bayi dan anak.  Kajian ini dilakukan bersama antara Badan POM, Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Kesehatan, dan perguruan tinggi (Institut Pertanian Bogor),” jelasnya.

Akan tetapi, masih terdapat sejumlah tantangan dalam melakukan kajian cemaran kimia 3-MCPDE dan GE tersebut. Ketua Panel Pakar INARAC, Nuri Andarwulan,  menyampaikan bahwa laboratorium analisis kadar 3-MCPDE dan GE untuk stakeholder di Indonesia masih sangat terbatas. Selain laboratorium, program jejaring laboratorium analisis dan peningkatan kapasitas SDM untuk analisis kontaminan masih perlu diprioritaskan dalam program nasional.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Anggota Panel Pakar INARAC, Puspo Edi Giriwono mengatakan bahwa komunikasi risiko untuk hasil kajian risiko perlu disampaikan pada lintas sektor. Selain itu, beberapa program masih perlu dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan kajian risiko keamanan pangan di Indonesia, seperti advokasi untuk industri, program surveilans, serta program peningkatan mutu dan keamanan produk. (HM-Khairul)

Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat